This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 20 Januari 2015

BIDAI, PATAH TULANG DAN RETAK TULANG

Hasil gambar untuk bidai tulangBIDAI
( Spalk – Belanda, Splint – Inggris )
Hasil gambar untuk bidai tulang
Bidai adalah alat yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan kedudukan tulang yang patah ( Fractuura ) atau retak ( fisura).
Pembidaian disebut juga Fiksasi.
Tujuan dari pembidaian adalah : untuk mencegah pergerakan tulang yang patah, agar tidak menjadi bertambah parah, juga untuk mengurangi rasa sakit.
Syarat-syarat bidai
1. Bidai harus kuat
2. Pemasangan bidai bidai tidak boleh terlalu ketat
Hasil gambar untuk bidai tulang
Banyak benda yang dapat dipergunakan untuk bidai ( darurat) apabila bidai yang sudah jadi tidak tersedia antara lain :
1. Anggota badan sendiri ( sangat darurat)
2. Papan bilah bamboo, dahan kayu
3. Karton atau majalah yang agak tebal
4. Bantal, guling atau selimut ( mengurangi rasa sakit)
5. “air splint’ ( bantalan udara )
6. “ Vacuum matras”
Hasil gambar untuk bidai tulang
PATAH TULANG DAN RETAK TULANG
Patah tulang (fractuura) menurut keadaan patahnya, dibagi menjadi :
1. Patah tulang terbuka;
Apabila patah tulangnya sampai menembus kulit sehingga terjadi pendarahan.
2. Patah tulang tertutup;
Hasil gambar untuk bidai tulang
Apabila patah tulangnya tidak sampai menembus kulit, tetapi terjadi pembengkakan\memar.
a) Retak tulang (Fisura) disebut juga Greenstick.
b) Patah tulang tertutup (simple), dan
c) Patah tulang terbuka (compound).
Hasil gambar untuk bidai tulang
Pertolongan pertama bagi orang yang mengalami patah tulang adalah untuk mengusahakan si korban tidak mengalami kecacatan baik jasmani maupun rohani. Serta mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan umum.

Materi PPGD ( Pertolongan Pertama Gawat Darurat)

Pertolongan Pertama Gawat Darurat
PPPK/PPGD

Pertolongan pertama, penanganan darurat pada seseorang atau lebih korban yang mengalami sakit atau cedera sebelum mendapatkan perawatan medis orang yang terlatih (dokter/paramedis). Pertolongan pertama dapat menyelamatkan jiwa manusia atau meningkatkan fungsi tanda-tanda vital seperti denyut jantung, suhu tubuh dan jalan pernafasan. Dalam tujuan khususnya, PPPK dapat mencegah si korban menjadi lebih buruk keadaannya dan meringankannya dari rasa sakit dan penderitaan. Dalam keadaan kritis, waktu beberapa menit saja dapat membuat perbedaan besar antara sembuh dan kematian.

Perlengkapan PPPK sangat tergantung pada kebutuhan penanganan korban dan tingkat pengetahuan dan keterampilan dari si penolong. “Mengetahui apayang harus dikerjakan saat melakukan prosedur PPPK” adalah sangat penting. Sebagai contoh, memindahkan dengan ceroboh seorang yang cedera leher dapat menyebab si korban akan mengalami cedara syaraf tulang belakang yang sangat serius dan menyababkan kelumpuhan.
Yang pertama-tama harus dilakukan adalah melakukan evaluasi (pengamatan) terhadap kondisi awal si korban. Salah satu metode dalam mengevaluasi kondisi korban adalah metode ABC, yang berasal dari:

A. Airway – apakah jalan udara (pernapasan) terbuka atau terhalang? (oleh debu, air, atau darah kering).

B. Breating – Apakah korban bernapas? Lihat, dengar dan rasakan hembusan nafas si korban.

C. Circulation – Apakah ada denyut nadi? Apakah ada pendarahan luar? Periksa perubahan warna kulit si korban dan suhu tubuh sebagai indikasi adanya masalah peredaran darah.

Pertolongan Pertama GawatDarurat (PPGD) ialah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Dengan semakin kompleksnya kehidupan kita dan lingkungannya, maka PPGD sudah menjadi satu kebutuhan yang sangat penting.

Tujuan PPPK : 3M
1. Meringankan penderitaan si Korban
2. Mencegah pendarahan dan infeksi
3. Mencegah bahaya cacad dan infeksi

Bisa dikatakan tujuan utama PPGD adalah : penyelenggaraan PPGD bukan berarti mengobati korban, tetapi menyelenggarakan pertolongan pertama sementara sementara menunggu pertolongan dari ahlinya ( dokter/paramedic).

PROSEDUR PPPK ( langkah-langkah)
1. Perhatikan keadaan si korban ( sadar, pingsan dsb)
2. Jika mungkin, bawa korban, lakukan apa saja yang bisa dikerjakan serta segeralah member berita ke Dokter/ Puskesman, Rumah Sakit terdekat.
3. Tertibkan masyarakat diskitarnya (kalau ada yang melakukan hal buruk) juga untuk memberikan ruang an udara yang cukup bagi korban
4. Jika keadaan memaksa dan ahli medis belum ada. Lakukan prosedur gawat darurat.

Memanggil Ambulance
Cara memanggil Ambulance atau menggunakan telephone untuk meminta bantuan yaitu :
1. Hapalkan nomor telepon gawat darurat di tempat kamu tinggal seperti contoh nomor untuk Kota Bandung adalah 50505.
2. Sebutkan :
- Identitasmu
- Lokasi tempat kejadian, dimana korban berada dengan jelas
- Jenis penderitaan/ kecelakaan yang dialami korban ( Kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja atau8 korban kriminalitas)
- Keadaan penderita/korban ( sadar/pingsan)
- Jumlah penderita ( penting juga) dan keterangan lain yang dianggap perlu

Menghentikan pendarahan :
1. Menggunakan jari tangan yaitu menekan pembuluh darah antara luka dengan jantung
2. Menggunakan kain bersih/pembalut, sapu tangan pada luka
3. Menggunakan pembalut tekan ( pressure bandage)
4. Menggunakan tournikuet ( Bebat puter) hanya pada pendarahan tertentu yang bersar yang membahayakan jiwa korban

Catatan : orang dewasa mempunyai darah kurang lebih 6,25 liter kehilangan darah sebanyak 1,5 liter saja dapat mengakibatkan Collapse, kehilangan darah hingga 2,25 liter dapat menyebabkan kematian.

Minggu, 18 Januari 2015

Manfaat Bawang Putih Untuk Kesehatan: Dari Hipertensi, Asma, Hingga Ambeien


Manfaat Bawang Putih Untuk Kesehatan: Dari Hipertensi, Asma, Hingga Ambeien – Bawang putih (Allium sativum) tanaman yang sudah tak asing lagi bagi kehidupan manusia, bawang ini sebagai rempah dunia juga berperan sebagai tanaman obat. Tanaman ini mempunyai nama daerah diantaranya Bawang Putih (Indonesia), Bawang (Jawa); Bawang Bodas (Sunda), Bawang handak (Lampung), Kasuna (Bali), Lasuna pute (Bugis), Bhabang pote (Madura), Bawa bodudo (Ternate), Kalfeo foleu(Timor).
Manfaat Bawang Putih Untuk Kesehatan: Dari Hipertensi, Asma, Hingga Ambeien
Bawang putih tumbuh secara berkelompok dan berdiri tegak sampai setinggi 30 -75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang bejumlah banyak. Dan setiap umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang (siung) yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis berwarna putih. Bawang putih yang semula merupakan tumbuhan daerah dataran tinggi, sekarang di Indonesia, jenis tertentu dibudidayakan di dataran rendah.
Khasiat tanaman ini untuk mengobati hipertensi, asma, batuk, masuk angin, sakit kepala, sakit kuning, sesak napas, busung air ambeien, sembelit, luka memar, abses luka benda tajam, digigit serangga, cacingan, sulit tidur.
Contoh manfaat bawang putih di masyarakat lndonesia
1. Hipertensi
Bahan yang diperlukan 3 siung bawang putih, kemudian bawang putih ditumbuk halus dan diperas dengan air secukupnya, lalu disaring. Cara menggunakannya diminum secara teratur setiap hari.
2. Asma, batuk dan masuk angin
Bahan yang diperlukan 3 siung bawang putih, 1 sendok makan madu dan gula batu secukupnya kemudian bawang putih ditumbuk halus, lalu dicampur bersama bahan lainnya sampai merata dan diperas/disaring. Cara menggunakannya diminum setiap pagi sampai sembuh.
3. Sakit kepala
Bahan yang diperlukan umbi bawang putih kemudian ditumbuk halus lalu dikompres pada dahi.
4. Sakit kuning, sesak napas dan busung air
Bahan yang diperlukan 1 umbi bawang putih, 1 potong gula batu sebesar telur ayam lalu umbi bawang putih ditumbuk halus, kemudian kedua bahan tersebut direbus bersama dengan 3 gelas air sampai mendidih dan diaduk sampai merata, dan disaring. Cara menggunakannya diminum 2 kali sehari 2 sendok makan, pagi dan sore.
5. Ambeien
Bahan yang diperlukan umbi bawang putih ditumbuk halus, kemudian diperas untuk diambil airnya. Cara menggunakannya dioleskan di sekitar dubur setiap hari.
6. Luka memar karena tikam atau pukulan
Bahan yang diperlukan bawang putih dan 1 sendok madu. Bawang putih ditumbuk halus, kemudian diberi 1 sendok madu dan dicampur sampai merata. Cara menggunakannya dioleskan pada bagian yang luka.
7. Luka kena benda tajam berkarat
Bahan yang diperlukan umbi bawang putih dan minyak kelapa secukupnya. Cara membuatnya umbi bawang putih dibakar, kemudian dicelupkan ke dalam minyak kelapa dan ditumbuk halus kemudian dioleskan pada bagian yang luka.
8. Sengatan serangga
Bahan yang diperlukan umbi bawang putih, sendowo dan garam secukupnya. Cara membuatnya umbi bawang putih ditumbuk halus, kemudian dicampur dengan bahan lainnya sampai merata. Cara menggunakannya dengan dioleskan pada bagian tubuh yang disengat serangga.
Apa rahasia di balik manfaat dan khasiat bawang putih?
Umbi bawang putih per 100 gram mengandung protein sebesar 4,5 gram. – lemak 0,20 gram, – hidrat arang 23,10 gram, – vitamin B 1 0,22 miligram, – vitamin C 1 5 miligram, – kalori 95 kalori, – posfor 134 miligram, – kalsium 42miligram. – besi -1 miligram dan – air 71 gram.
Jika Anda ingin membaca artikel tanaman herbal sebelumnya, silahkan klik Manfaat Tumbuhan Bandotan Untuk Kesehatan: Mengobati Bisul, Rematik, Hingga Malaria. Topik yang serupa dengan artikel Manfaat Bawang Putih Untuk Kesehatan: Dari Hipertensi, Asma, Hingga Ambeien ini, dapat Anda temukan dalam kategori Tanaman Herbal. Silahkan kunjungi artikel Manfaat dan Khasiat Tanaman Herbal kami yang lain.

Thank;s For https://ensiklopedikesehatan.wordpress.com/2015/01/17/manfaat-bawang-putih-untuk-kesehatan-dari-hipertensi-asma-hingga-ambeien/

Pertolongan Pada Orang Tersengat Arus Listrik


P3K: Tersengat Arus Listrik – Dalam peristiwa ketika seseorang mengalami shock karena tersengat arus listrik atau yang awan disebut “kesetrum”, maka diperlukan langkah hati-hati, tapi sebisa mungkin dilakukan dengan cepat. Ini dikarenakan setiap hal yang berhubungan dengan arus listrik mempunyai konsekuensi yang mengundang bahaya.
P3K: Tersengat Arus Listrik
Langkah yang harus dilakukan sebagai pertolongan pertama kepada orang yang tersengat listrik adalah:

1. Memutuskan hubungan korban dengan sumber listrik. Setelah pengamanan tingkat pertama telah dilakukan langkah-langkah selanjutnya dengan mempertimbangkan lokasi dimana kejadian itu berlangsung. Bila kejadiannya didalam rumah, segeralah untuk melepaskan steker yang mengalirkan arus listrik ke alat atau benda yang menghubungkannya dengan korban. Atau bisa melepas sekering utama.

2. Bila terjadi di luar rumah atau ruangan, yang dilakukan adalah memisahkan tubuh korban dari benda yang menjadi penghantar arus listrik, misalnya kawat, kabel, dengan menggunakan galah atau cabang kayu kering. Jangan melakukan pemisahan ini dengan alat yang berasal dari logam. Pergunakan pakaian atau tali yang kering untuk menarik kawat listrik dan korban.

3. Dalam melakukan semua tindakan itu, Anda harus berdiri di lantai atau di atas tanah kering. Yang Anda sentuh hanyalah bahan yang kering dan tidak mempunyai potensi sebagai penghantar arus listrik. Jangan sekali-kali menyentuh tubuh korban sebelum arus listrik benar-benar telah diputuskan.
Sementara untuk kejadian pingsan yang diakibatkan sambaran petir dan shock arus listrik, periksalah apakah korban masih bisa bernapas atau tidak dan mengetahuinya bisa dengan memeriksa urat nadinya.
Bila kondisinya sangat memerlukan, lakukan pernapasan buatan dan mulut atau melakukan teknik kardio. Setelah itu segera cari bantuan medis. Bila korban harus diangkat, sebelum melakukannya sebaiknya periksa apakah korban mengalami patah kaki atau luka dalam. Cara mengangkat korban tetap harus mengikuti pada cara yang telah diterangkan sebelumnya

Cara Penanganan Pernafasan Tersumbat


P3K: Pernafasan Tersumbat – Pernapasan tersumbat dapat terjadi pada siapa saja. Jika menemukan korban yang mengalami penderitaan seperti ini, lakukan langkah-langkah penanganan sebagai berikut:
1. Jika kasus ini terjadi pada anak kecil, langkah pertolongan pertama yang dilakukan adalah dengan memegang pergelangan kakinya. Setelah itu jungkirkan tubuhnya sedemikian rupa sehingga kepalanya berada di bawah.
2. Buka mulut dan tarik lidahnya keluar serta biarkan seseuatu yang telah menyumbat pernapasannya itu terjatuh.
P3K: Pernafasan Tersumbat
Jika yang menjadi korban adalah orang yang lebih tua:
1. Langkah yang dilakukan dengan cara menelungkupkannya di atas tangan dan paha Anda.
2. Longgarkan tenggorokannya selekas mungkin dengan bantuan jari untuk kemudian tariklah lidahnya keluar.
Jika korbannya adalah orang yang sudah dewasa, langkah-langkahnya adalah:
1. Baringkanlah dan kemudian miringkan ke salah satu sisi tubuhnya atau suruh dia untuk menelungkup pada sandaran kursi dengan kepala menunduk.
2. Lepaskan benda-benda yang menyumbat pada organ pernapasannya dengan cara menarik keluar lidahnya.
Pada semua keadaan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa, bisa juga dilakukan pernapasan bantuan dari mulut ke mulut jika didapati korban dalam keadaan sulit bernapas. Tindakan ini dilakukan setelah benda-benda yang menyumbat dikeluarkan.
Bila benda tersebut tidak atau belum dapat dikeluarkan, segera panggil dokter meskipun tanda-tanda penyumbatan pada pernapasan telah mereda. Hal ini untuk menjaga kemungkinan adanya benda asing lainnya yang terlanjur masuk ke paru-paru.

Thank's for https://ensiklopedikesehatan.wordpress.com/2014/12/05/p3k-pernafasan-tersumbat/

Pertolongan Pertama Menangani dan Menghentikan Pendarahan Hebat


P3K: Menangani dan Menghentikan Pendarahan Hebat – Pendarahan hebat bisa membahayakan jiwa korban karena jika hal ini berlangsung lama dengan tanpa ada penanganan dan pencegahan yang benar, risiko yang dialami pihak korban adalah akan kehabisan darah. Jika terjadi peristiwa pendarahan hebat sementara pihak dokter atau rumah sakit yang dihubungi belum tiba di tempat kejadian, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menghindarkan korban dan risiko kehilangan atau kehabisan darah dalam jumlah ukuran yang besar. Upaya pertolongan pertama itu antara lain:
P3K - Menangani Pendarahan Hebat
1. Baringkan untuk mencegah agar korban tidak jatuh pingsan. Selanjutnya tahap pertama untuk menghentikan pendarahan, Anda tekan bagian luka yang mengakibatkan pendarahan itu dengan dengan sepotong kain kasa atau kain bersih lainnya. Bila kain itu kemudian basah karena darah, segera ganti dan lapisi dengan kain baru
dengan ditempatkan di atas kain pertama, dan teruskan untuk menekannya. Jika tekanan langsung itu kurang berhasil untuk menghentikan pendarahan, lakukan upaya penekanan di atas dan di bawah luka. Seringkali cara seperti ini berhasil untuk menghentikan pendarahan.
2. Bila terjadi di tangan atau kaki, dan pendarahan ini tidak dapat dihentikan dengan cara penekanan langsung, coba dengan cara menekan nadi dan kaki atau tangan yang mengalami pendarahan itu dengan tangan atau jari-jari Anda. Ada empat tempat penekanan di mana pembuluh darah cukup jelas bagi usaha pertolongan pertama. Yang harus diingat, jangan mencoba menekan pembuluh darah sekitar luka yang terdapat di leher, kepala dan dada.
3. Bila pendarahan telah terhenti, balutlah luka tersebut dengan kain atau kain kasa. Namun jangan membalut dengan terlalu kencang kuat karena akan menyebabkan tidak dapat di rasakan lagi denyut nadi di atas atau di sekitar luka. Perhatikan dengan seksama apakah terdapat tanda shock pada diri korban.
4. Untuk mencegah kemungkinan infeksi, Anda harus menjauhkan atau menghindarkan luka tersebut dengan kain yang tidak steril atau jangan sampai tangan Anda tidak tercuci dengan bersih ketika sedang memegang bagian luka yang mengalami pendarahan itu. Tindakan yang ini hanya boleh dilakukan jika keadaannya menunjukkan
sudah tidak ada pilihan lain (darurat). Kemudian serahkan pada dokter untuk tindakan pembersihan dan perawatan lebih lanjut.
Orang dewasa biasanya mempunyai darah antara 5-6,5 liter. Kehilangan darah hingga mencapai ukuran 1,7 liter jelas akan menimbulkan bahaya. Anda perlu segera menangani situasi ini dan pergunakan apa saja yang ada di sekitar kejadian yang mungkin dapat membantu. Jika Anda dapat memperkirakan berapa banyak darah telah hilang akibat dari kasus pendarahan itu, beritahukan hal ini kepada dokter. Pemberitahuan ini akan sangat membantu bagai dokter untuk melakukan langkah-langkah penanganan selanjutnya.

Thank's for https://ensiklopedikesehatan.wordpress.com/2014/10/30/p3k-menangani-dan-menghentikan-pendarahan-hebat/

Pertolongan Pertama Patah Rahang, Patah Leher dan Patah Tulang Punggung

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) patah leher atau patah tulang Indikasi yang dirasakan jika seseorang mengalami cedera patah leher adalah tidak dapat menggerakkan jari-jari dengan lancar, merasa kesemutan atau merasa kébal pada sekitar punggung atau pundaknya. Sementara untuk cedera tulang belakang atau retaknya tulang belakang, indikasinya adalah dapat menggerakkan jari-jari tangan (tapi jari-jari kaki dapat digerakkan), merasa kesemutan atau kebal pada kaki, merasakan sakit bila menggerakkan punggung atau leher.
Langkah mudah sebagai tindakan pertama jika mendapätkan seseorang yang mengalami patah atau retak pada leher dan tulang punggung adalah:
1. Dengan melonggarkan pakaian pada sekitar leher dan pinggang korban.
2. Menyelimuti korban dengan selimut dengan tujuan menjaga kehangatan tubuhnya.
3. Jangan mengangkat tubuh korban atau membiarkan ia bergerak. Biarkan korban dalam posisi pasif.
4. Jangan pula mengangkat kepalanya hanya dengan tujuan memberinya minum.
Tindakan-tindakan yang gegabah dalam menangani korban yang mengalami cedera atau retak pada leher dan tulang punggung akan sangat merugikan bagi penderita. Hal dikarenakan, sumsum tulang belakang memanjang ke bawah melalui leher dan tulang punggung, dan setiap gerakan tidak perlu yang terjadi saat terjadi cedera akan dapat mengakibatkan kelumpuhan.
P3K Patah Rahang, Patah Leher dan Patah Tulang Punggung
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) rahang patah
Rahang dapat retak bahkan patah disebabkan oleh pukulan atau benturan (berkelahi, olahraga tinju, tabrakan atau jatuh). Keadaan ini akan menimbulkan rasa sakit setiap kali mulut dibuka atau ditutup.
Jangan melakukan apa-apa, tetapi usahakanlah agar rahang itu tidak bergerak-gerak, dengan cara membuat ikatan dan bawah dagu sampai ke atas. Segeralah bawa korban ke rumah sakit terdekat.

Thank's for https://ensiklopedikesehatan.wordpress.com/2014/10/28/p3k-patah-rahang-patah-leher-dan-patah-tulang-punggung/

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Patah Tulang


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Patah Tulang – Pertolongan pertama perlu dilakukan pada korban yang mengalami patah tulang, sebelum ia mendapatkan perawatan medis yang lebih intensif. Namun sebelum melakukan pertolongan pertama ini ada beberapa tindakan yang harus dilakukan yakni; terlebih dulu menghangatkan tubuh korban. Jika dirasa perlu boleh untuk diberikan perawatan shock. Setelah itu taruhlah kantong es pada bagian yang mengalami patah tulang.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan seksama pada korban. Jika tulang yang patah itu menembus pada permukaan kulit dan menimbulkan pendarahan berat, untuk menghentikan pendarahan ini, jangan melakukan tindakan menekan tulang kembali ke tempat semula atau biarkan dengan apa adanya dulu. Selain itu jangan melakukan pencucian pada luka.
Selanjutnya panggil ambulans untuk membawa korban ke rumah sakit atau bawalah ke dokter terdekat.
Jika korban harus diangkat untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut, sebaiknya pada bagian tulang yang patah itu diikat atau dijepit dengan potongan kayu (splint) untuk mengantispasi atau mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan susulan pada tulang. Pengikat atau penjepit dapat dibuat dan bahan apa saja yang penting dapat mem buat tulang yang patah tersebut tidak bergerak.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Patah Tulang
Bahan untuk membuat jepitan itu bisa majalah, tangkai sapu, papan atau bahan-bahan lain yang mendukung. Penjepit dibuat secara memanjang sehingga melewati sendi di atas dan bawah dan bagian tulang yang patah itu.
Jika patah tulang ini dialami dalam sebuah kecelakaan mobil:
1. maka jepitlah kaki dan tangan korban yang mengalami patah tulang ketika masih di dalam mobil.
2. Gunakan pembalut atau bahan-bahan lain untuk mengikat kaki atau tangan yang mengalami patah tulang itu ke bagain kaki atau tangan satunya yang masih baik.
3. Ikat bagian atas dan bawah dan organ yang patah itu dengan kencang dan baik sehingga tidak memungkinkannya untuk bergerak lagi.
Namun jika pengikatan itu tidak mungkin untuk dilakukan di dalam mobil dan badan korban harus ditarik keluar maka langkah-langkahnya adalah;
1. Badan korban dikeluarkan dengan cara ditarik. Tujuannya agar tidak ada pergeseran pada organ yang mengalami patah tulang sehingga pengikatan yang akan dilakukan berlangsung dengan baik.
2. Dukunglah anggota badan korban dengan tangan pada kedua sisi dan bagian tubuh yang patah, sementara itu teman Anda dapat menariknya dengan hati-hati sampai sebisa mungkin mendekati pada posisi semula.
Untuk jepitan akan lebih baik jika dilapisi dengan kapas atau kain. Kemudian ikatlah sedemikian rupa dengan ikatan yang tidak terlalu kencang. Ikatan itu bisa dan kain pembalut, ikat pinggang, dasi atau kain panjang. Ikatan pada tangan atau kaki ditujukan agar bagian tulang yang patah itu tidak bergerak-gerak. Untuk selanjutnya serahkan penanganan tulang agar dapat kembali ke posisi yang sebenarnya kepada dokter.
Bila tulang yang patah itu terdapat di organ punggung, leher atau tengkorak maka jangan melakukan pengangkatan terhadap korban.

Thank's for https://ensiklopedikesehatan.wordpress.com/2014/10/28/pertolongan-pertama-pada-kecelakaan-p3k-patah-tulang/

Langkah Pertama Dalam Melakukan Pertolongan


Langkah Pertama Dalam Melakukan Pertolongan (P3K) – P3K adalah singkatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Pengertian P3K adalah upaya untuk memberi pertolongan pertama pada orang yang mengalami kecelakaan, cedera atau sedang mengalami gangguan pada kesehatan fisiknya sebelum adanya perawataan yang intensif dari anggota medis yang kompeten.
Langkah Pertama Dalam Melakukan Pertolongan (P3K)
Sebelum melakukan langkah-langkah pertolongan pertama, kita perlu mengetahui hal-hal pokok dan utama pada diri korban. Pengetahuan terhadap hal-hal yang ada pada diri korban ini sangat berguna dan sangat membantu untuk melakukan langkah-langkah pertolongan selanjutnya.

Beberapa langkah yang harus diperhatikan dan diketahui terlebih dahulu tsb adalah:
Langkah pertama P3K
ketika sedang menghadapi atau menangani orang yang mengalami cedera, ada tiga hal yang harus dipastikan atau diperhatikan terhadap korban sebelum melakukan langkah-langkah pertolongan. Ketiga hal tersebut adalah:
a. Pernapasan
Pastikan bahwa saluran napas korban tidak tersumbat oleh lidahnya atau saluran pernapasannya tidak tersumbat lendir atau benda benda lain yang mungkin masuk dan ada di saluran dan lubang pernapasan.
b. Napas
Setelah mendapatkan kepastian pada bagian pernapasannya maka alihkan perhatian pada diri korban. Perhatikan dan carilah kepastian, apakah korban masih bisa bernapas, meski tidak lancar. Cara untuk dapat memastikan napas korban adalah dengan menempatkan sebuah cermin atau mata pisau yang terbuat dan bahan stainless di depan mulut atau hidungnya. Apabila cermin atau pisau itu berkabut, hal itu menandakan bahwa korban masih bisa bernapas. Dan indikasi korban itu tidak dapat bernapas tentu jika cermin atau pisau itu tidak berkabut. Jika situasinÿa mengarahkan pada keadaan yang terakhir, segera lakukan tindakan untuk membuat pernapasan buatan.
c. Peredaran darah
Hal selanjutnya yang harus diketahui dan dipastikan adalah pada peredaran darah korban. Upaya untuk mengetahui dan memastikannya adalah dengan memeriksa nadi korban, apakah masih berdenyut, berdenyut dengan tidak normal, atau terhenti. Caranya adalah dengan menggenggam pergelangan tangan korban dari luar, di mana jari tengah Anda menekan pada urat nadi pergetangan tangan korban.
Cara lainnya adalah dengan metakkanlah ujung jari telunjuk Anda ke urat nadi pada sudut rahang bawah korban. Kemudian rasakan, apakah nadi dari korban masih berdenyut atau tidak. Jika masih berdenyut maka Anda bisa melakukan langkah-langkah pertolongan selanjutnya.
Namun jika nadi rahang korban tidak berdenyut, segeralah untuk melakukan langkah pembangkitan fungsi jantung melalui cara Kardio Pulmonar (jantung paru-paru) yang disingkat CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation).
Jika akan melakukan upaya CPR pada korban, sebelumnya Anda harus memeriksa ada pendarahan atau tidak pada korban.
Langkah kedua P3K
Suatu tindakan yang cepat harus dilakukan pada korban-korban yang mengalami pendarahan berat, keracunan atau denyut jantung dan napasnya terhenti. Ketiga hal pokok ini sangat menentukan atas jaminan kelangsungan hidup korban. Anda harus melakukan sesuatu sebagai upaya pertolongan utama dan pertama dalam situasi-situasi ini, karena setiap detik waktu yang ada sangat berharga.
Langkah ketiga P3K
Ketika sedang mengangkat korban cedera maka ada satu hal yang harus diingat dan diperhatikan, yaitu cara mengangkatnya jangan dengan mengangkat pada bagian leher atau tulang punggungnya. Teknik mengangkat dengan cara memegang pada kedua organ tubuh ini (leher dan tulang punggung) akan diperbolehkan jika tindakan ini
dipandang perlu, bahkan harus guna menghindarkan korban dan dampak susulan yang lebih parah.
Langkah keempat P3K
Dalam keadaan darurat dimana bantuan medis belum datang di tempat kecelakaan, langkah yang bisa dilakukan adalah membiarkan korban berbaring tenang tanpa gangguan. Jika korban mengalami muntah-muntah dan dipastikan tidak menimbulkan bahaya pada organ lehernya, Anda bisa memutar kepalanya secara perlahan dan hati-hati. Tujuannya untuk menghindari tersumbatnya saluran pernapasan. Selain itu diusahakan agar tubuh korban dalam keadaan hangat. ini bisa dilakukan dengan cara menyelimuti korban dengan selimut, kain, baju atau yang lainnya. Namun begitu, Anda harus mempunyai perkiraan korban tidak kepanasan.
Langkah kelima P3K
Mintalah bantuan pada orang-orang di sekitar kejadian untuk memanggilkan ambulan atau dokter yang paling dekat dan tempat kejadian, sementara itu Anda tetap menjaga korban dan melakukan langkah-langkah pertolongan pertama.
Jika dokter sudah datang ke tempat kejadian, Anda periu memberitahukan tentang keadaan korban dan langkah-langkah pertolongan yang telah Anda lakukan. Akan sangat baik jika Anda meminta saran dari dokter mengenai apa yang sebaiknya dilakukan selanjutnya saat menunggu datangnya ambulans.
Langkah keenam P3K
Periksa dengan hati-hati keadaan korban. Jika situasinya mengharuskan untuk memotong pakaian korban karena dinilai menghambat usaha pertolongan pertama, maka lakukanlah pemotongan. Tindakan ini ditujukan sebagai langkah untuk mencegah atau mengurangi rasa sakit yang diderita korban sebagai akibat dari gerakan-gerakan spontan yang dilakukannya.
Pengecualian dilakukan terhadap korban yang mengalami luka bakar, di mana Anda dilarang menyobek atau memotong pakian korban, karena hal ini malah akan memperparah luka korban.
Langkah ketujuh P3K
Langkah-langkah ini bersifat psikologis, yakni dengan cara menenangkan perasaan korban. Upaya ini akan berhasil dengan syarat Anda terlebih dahulu menenangkan diri sendiri. Jika kita dapat menguasai dan menenangkan diri sendiri, maka hal ini akan menjadi unsur yang sangat mendukung untuk dapat menenangkan korban. Dengan ketenangan yang Anda tunjukkan, maka dapat membuat korban merasa tenang serta rasa panik dan takut pun akan hilang, sehingga diharapkan sanggup menumbuhkan perasaan besar hati pada diri korban. Katakan dan yakinkan pada korban bahwa semuanya akan menjadi baik dan segera dapat diatasi.
Langkah kedelapan P3K
Jika korban masih sepenuhnya dalam keadaan sadar, sangat baik jika diberikan minum. Tindakan ini membantu pada proses ketenangan diri korban. Namun tindakan untuk membeni minum jangan dilakukan jika korban sudah dalam keadaan pingsan atau setengah pingsan. Tindakan memberi minum kepada korban yang sudah pingsan atau setengah pingsan akan sangat fatal, karena dapat menyumbat saluran pernapasan dan menimbulkan rasa tercekik pada leher korban. Maka hal itu jangan lakukan!
Tindakan lainnya yang tidak boleh dilakukan terhadap korban yang telah mengalami pingsan atau setengah pingsan adalah jangan menggoyang goyangkan badan korban atau memukul bagian mukanya dengan tujuan untuk membangunkannya.

Thank's for https://ensiklopedikesehatan.wordpress.com/2014/10/27/langkah-pertama-dalam-melakukan-pertolongan-p3k/

Cara Menangani Gigitan Binatang


  P3K: Gigitan Binatang – Tidak jarang kita mengalami atau menemukan orang yang mendapat gigitan dari binatang berbahaya seperti anjing gila. Akibat dari gigitan ini bisa berakibat pada terjangkitnya penyakit rabies. Jika Anda menemukan orang mendapatkan gigitan dari anjing gila atau hewan-hewan lain yang pada mulutnya berpotensi membawa kuman penyakit, ada beberapa langkah yang harus segera dilakukan sebagai bentuk tindakan pertolongan pertama pada korban, yaitu:
P3K: Gigitan Binatang
1. Bersegeralah mencuci luka bekas gigitan itu dengan air yang bersih. Tujuannya adalah untuk membuang ludah atau lendir binatang yang tertinggal pada luka itu. Adapun waktu yang diperlukan untuk mencuci luka sekitar 5 menit dan sertakan busa sabun pada air yang digunakan untuk mencuci.
2. Selama pencucian, Anda membasuh luka dengan cermat, menyeluruh dan hati-hati. Setelah pencucian selesai dan dipastikan telah bersih, selanjutnya balut luka bekas gigitan dengan kain bersih. Akan sangat baik jika bahan yang di gunakan sebagai pembalut itu menggunakan kain kasa.
Setelah itu pergilah ke dokter atau ke rumah sakit terdekat. Dokter akan memberikan penanganan lanjutan secara lebih baik. Dan dokter juga akan memberikan beberapa saran yang harus dilaksanakan terkait dengan usahan penanganan luka itu selanjutnya.
Jika luka itu berasal dan gigitan anjing atau kucing yang tidak dikenal, usahakan agar dapat menangkap binatang tersebut. Usaha penangkapan ini perlu dilakukan untuk mencegahnya jatuhnya korban susulan dimana hewan itu mungkin akan melakukan gigitan serupa pada orang lain.
Jika berhasil ditangkap, selanjutnya diserahkan ke dinas kesehatan guna kelanjutan pemeriksaan. Jika kemudian ditemukan bahwa binatang tersebut mengandung atau menderita rabies, korban gigitan akan segera mendapatkan penanganan berupa perawatan anti rabies.

thank's for https://ensiklopedikesehatan.wordpress.com/2014/12/06/p3k-gigitan-binatang/

Cara menolong orang yang terkena Sengatan Binatang atau Serangga Beracun

P3K: Sengatan Binatang atau Serangga Beracun – Tidak jarang kita mengalami atau menemukan orang yang mendapat gigitan dari binatang beracun atau sengatan serangga beracun seperti: lebah, kumbang, tawon, kelabang, kalajengking, laba-laba, dan lain sebagainya. Akibat dari gigitan atau sengatan tersebut bisa sangat berbahaya. Jika Anda menemukan orang yang digigit atau disengat serangga atau hewan beracun, ada beberapa langkah yang harus segera dilakukan sebagai bentuk tindakan pertolongan pertama pada korban, yaitu:
P3K: Sengatan Binatang atau Serangga Beracun
SENGATAN LEBAH, KUMBANG ATAU TAWON KEMIT
Jika ada yang tersengat oleh lebah maka segera ambil sengatnya atau entup dengan jarum, peniti atau pisau. Siramlah bagian yang terkena sengat dengan air dingin, untuk mengurangi rasa sakit dan memperlambat penyebaran racunnya atau kompreslah dengan es. Selain itu usapkan lotion calamine karena dapat mengurangi rasa gatal yang ditimbulkannya.
Bila sengatan ini dilakukan oleh sekelompok lebah atau serangga lainnya, rendamlah korban dalam kubangan air dingin yang di dalamnya telah dilarutkan soda masak sebanyak 1 sendok untuk 1 liter air.
Pada kasus orang yang alergi terhadap sengat maka akibat sengatan akan mengakibatkan reaksi hebat. Untuk itu segelah bawa korban ke rumah sakit terdekat. Selama dalam perjalanan ke rumah sakit, kompreslah badannya dengan es dan berikan antihistamine (obat alergi) seperlunya.
SENGATAN LABA-LABA BERACUN, KALAJENGKING, KELABANG
Langkah-langkah pertolongan pertamanya adalah:
1. Suruhlah korban sengatan itu berbaring dengan tenang.
2. Selimuti korban dengan kain. Mungkin akan timbul warna kemerah-merahan sebagai akibat dari sengatan tersebut, bersamaan dengan tanda-tanda lain seperti: kejang-kejang pada perut dan otot, demam, berkeringat, rasa mual dan muntah-muntah. Rasa sakit, panas dan berdenyut dapat menjalar ke seluruh tubuh.
3. Tempatkan es di atas tempat sengatan guna memperlambat penyebaran racun. Setelah itu panggillah dokter untuk melakukan penanganan selanjutnya.

thank's for https://ensiklopedikesehatan.wordpress.com/2014/12/07/p3k-sengatan-binatang-atau-serangga-beracun/

Cara Mengangkat Orang Yang Terluka


P3K: Cara Mengangkat Orang Yang Terluka – Mengangkat orang yang sedang mendapatkan luka tidak boleh sembarangan. Ada cara-cara yang benar untuk melakukan tindakan tersebut. Cara mengangkat bisa dilakukan setelah dilakukan pengamatan pada luka itu.
Luka yang terdapat di leher atau punggung mempunyai risiko yang tinggi jika diangkat dan keadaan korban bisa menjadi semakin parah. Untuk luka di kedua organ tersebut perlu ditangani oleh ahli medis dengan menggunakan ambulan atau dokter.
P3K - Cara Mengangkat Orang Yang Terluka
Namun begitu ketika Anda menemukan orang yang luka langkah-langkah umum harus dilakukan, yaitu :
1. Menutup luka dan korban dengan selimut atau jas sebagai alas untuk tempat berbaring.
2. Jangan merubah posisinya sampai Anda dapat menetukan dan menemukan keadaan lukanya yang sebenarnya.
3. Pengangkatan baru dilakukan jika keadaannya telah mengharuskan dengan tujuan menghindarkan luka dalam keadaan yang lebih parah.
4. Bila korban mengharuskan dipindah ke tempat yang aman, pindahkan dengan cara menyeret searah dengan panjang badannya dan jangan sekali-kali merubah arah ke samping.
5. Hamparkan sehelai selimut atau jas di bawah tubuhnya, sehingga korban dapat ditarik dengan atau di atas selimut atau jas tersebut.
Bila mengharuskan diangkat, lakukan hal ini dengan mewaspadai jangan sampai angkatan itu dapat membuat tubuhnya tertekuk. Lakukan dengan mengangkat ujung kaki atau kepala saja. Usahakan korban diangkat dalam posisi mendatar atau lurus. Bila korban harus diangkut, bawalah dalam posisi berbaring atau setengah berbaring.
Tiap bagian tubuh korban disangga dan angkat sesuai garis lurus. Buatlah alat pengangkut atau tandu dari daun pintu yang dilepaskan atau papan yang agak lebar. Bila benda-benda ini tidak didapatkan, buatlah tandu dan dua tongkat dengan sehelai selimut atau dua buah jaket.
Bila tandu dibuat dan selimut, ikatlah setiap ujung dan satu sisi selimut pada sebuah tongkat, dan ujung dari sisinya lainnya pada tongkat yang lain. Jika dengan jaket, kancingkan terlebih dahulu kancing jaket, kemudian masukkan lengan jaket ke masing-masing tongkat melalui pangkal lengan dan jaket tersebut.
Atau pergunakan kursi yang diangkat oleh dua orang atau lebih untuk mengangkutnya jika melaui jalan yang sempit dan berliku. Jika sudah sampai ke dokter atau rumah sakit, beritahukan dokter perihal luka dan kecelakaannya.

thank's for https://ensiklopedikesehatan.wordpress.com/tag/p3k-tandu/

Cara mengangkat dan memindahkan korban kecelakaan

Cara mengangkat dan memindahkan korban kecelakaan
Pendahuluan 
Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penanganan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.   
MEKANIKA TUBUH 
Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk mencegah cedera pada penolong. Cara yang salah dapat menimbulkan cedera pada penolong. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus diperhatikan : 
a. Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat  
b. Gunakan tungkai jangan punggung  
c. Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh  
d. Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang 
e. Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban  
f. Perbaiki posisi dan angkatlah korban secara bertahap 
g. Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi. Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.    
MEMINDAHKAN KORBAN 
Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat.  Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memindahkan korban: 
a. Ada korban yang dapat langsung diangkat dan dipindahkan, ada korban tertentu yang membutuhkan proses pemindahan yang rumit. 
b. Pada saat memindahkan jangan sampai cedera pada korban bertambah atau semakin parah. 
c. Ragu-ragu Hubungi bantuan medis    Mengangkat korban 
d. Syarat utama dalam mengangkat korban yaitu  keadaan fisik yang baik, terlatih dan dijaga dengan baik.  
e. Nyeri pinggang (low back pain) merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh tenaga medis di lapangan.  
Saat mengangkat dengan tangan, telapak tangan menghadap ke arah depan.  
a. Jaga titik berat beban sedekat mungkin ke tubuh anda.  
b. Gunakan alat bantu.  
c. Jarak antara kedua lengan dan tungkai adalah selebar bahu. Jarak terlalu rapat dapat mengurangi stabilitas, dan Jarak terlalu lebar dapat  mengurangi tenaga.   
     Latihlah seluruh anggota tim anda tehnik mengangkat dan memindahkan korban.  Posisi awal  Dalam posisi berlutut, satu tungkai tertekuk pada lutut dengan tungkai bawah sejajar lantai, Tungkai lain tertekuk pada lutut dengan telapak kaki bertumpu pada lantai. Mengangkat tandu a. Jumlah orang yang melakukan pengangkatan sebaiknya genap. b. Jaga bagian punggung anda terkunci dalam keadaan lurus, hindari membungkukkan punggung.   Mengangkat Tandu dari Lantai a. Setiap penolong berdiri di kedua sisi korban kemudian bersama-sama mengambil posisi awal dengan lutut dari kaki yang lebih dekat ke korban menyentuh tanah. b. Kencangkan otot punggung  dan otot perut anda. c. Dengan menggunakan tangan sebelah dalam, genggamlah pegangan tandu dengan baik, seluruh telapak dan jari tangan anda harus bersentuhan dengan tandu dan seluruh jari-jari tangan menekuk dengan sudut yang sama. d. Lakukan pengangkatan sesuai dengan aba-aba yang diberikan oleh pemimpin tim, bangkitlah secara bersama-sama. e. Selama anda memulai untuk mengangkat, punggung anda harus tetap terkunci sebagai poros untuk kekuatan kontraksi otot seluruh tungkai. f. Setelah berada dalam posisi berdiri, bersiaplah untuk berjalan sesuai dengan aba-aba dari pemimpin regu. g. Saat menurunkan tandu lakukan langkah di atas dalam urutan sebaliknya .   Log Roll Setiap ada kecurigaan cedera tulang belakang / spine, anda tidak dapat memutar korban semaunya karena tindakan tersebut mungkin mengakibatkan kelumpuhan. Log roll yaitu memutar korban seolah olah menggulingkan sebatang kayu utuh (log). Kepala korban diusahakan untuk selalu segaris terhadap sumbu tubuh. Seorang penolong ditempatkan khusus untuk memegang kepala korban dan penolong lainnya di daerah badan korban.   
Memindahkan  korban Darurat  Non darurat       
Pemindahan darurat 
Pada pemindahan darurat, walaupun perawatan emergensi untuk mempertahankan jalan nafas, pernafasan dan peredaran darah belum dilakukan, jika di lokasi tidak aman untuk memberikan pertolongan, terpaksa korban dipindahkan terlebih dahulu sebelum tindakan A-B-C dilakukan.  a. Kebakaran atau ancaman kebakaran.  b. Ledakan atau ancaman dari ledakan. c. Ketidakmampuan untuk melindungi korban dari bahaya lain di tempat kejadian:  a) Bangunan yang tidak stabil.  b) Mobil terguling, bensin tumpah.  c) Adanya bahan berbahaya (Hazardous Material). d) Orang sekitar yang berperilaku mengancam. e) Kondisi cuaca yang buruk.  d. Terpaksa memindahkan satu korban agar dapat mencapai korban yang lain, Misalnya : pada kecelakaan bis. e. Ketika pertolongan gawat darurat tidak dapat diberikan karena lokasi atau posisi korban.
thank's for http://hardiantoxznur.blogspot.com/2014/04/cara-mengangkat-dan-memindahkan-korban.html

AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.[2][3] Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.[4] Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia.[5] Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.[5] Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.[6]
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

Daftar isi

Gejala dan komplikasi

Gejala-gejala utama AIDS.
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS.[7] HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.[8][9] Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.

Penyakit paru-paru utama

Foto sinar-X pneumonia pada paru-paru, disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii.
Pneumonia pneumocystis (PCP)[10] jarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV.
Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang dari 200 per µL.[11]
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui rute pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangani bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun, resistensi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini.
Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat telah berkurang karena digunakannya terapi dengan pengamatan langsung dan metode terbaru lainnya, namun tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara berkembang tempat HIV paling banyak ditemukan. Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per µL), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan tidak terbatasi pada satu tempat.TBC yang menyertai infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening (nodus limfa regional), dan sistem syaraf pusat.[12] Dengan demikian, gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya penyakit ekstrapulmoner.

Penyakit saluran pencernaan utama

Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat disebabkan oleh mikobakteria, meskipun kasusnya langka.[13]
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab kolitis).
Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat juga merupakan efek samping dari antibiotik yang digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnya pada Clostridium difficile). Pada stadium akhir infeksi HIV, diare diperkirakan merupakan petunjuk terjadinya perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi, serta mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang berhubungan dengan HIV.[14]

Penyakit syaraf dan kejiwaan utama

Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru.[15] Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.
Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS. Penyakit ini berkembang cepat (progresif) dan menyebar (multilokal), sehingga biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah diagnosis.[16]
Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental (demensia) yang terjadi karena menurunnya metabolisme sel otak (ensefalopati metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV; dan didorong pula oleh terjadinya pengaktifan imun oleh makrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan neurotoksin.[17] Kerusakan syaraf yang spesifik, tampak dalam bentuk ketidaknormalan kognitif, perilaku, dan motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV terjadi. Hal ini berhubungan dengan keadaan rendahnya jumlah sel T CD4+ dan tingginya muatan virus pada plasma darah. Angka kemunculannya (prevalensi) di negara-negara Barat adalah sekitar 10-20%,[18] namun di India hanya terjadi pada 1-2% pengidap infeksi HIV.[19][20] Perbedaan ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan subtipe HIV di India.

Kanker dan tumor ganas (malignan)

Sarkoma Kaposi
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi genetik; yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).[21][22]
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.
Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi.
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia.
Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya, seperti limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (rectum), dan kanker anus. Namun, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar (colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien yang terinfeksi HIV.[23]

Infeksi oportunistik lainnya

Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus sitomegalo. Virus sitomegalo dapat menyebabkan gangguan radang pada usus besar (kolitis) seperti yang dijelaskan di atas, dan gangguan radang pada retina mata (retinitis sitomegalovirus), yang dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Penicillium marneffei, atau disebut Penisiliosis, kini adalah infeksi oportunistik ketiga yang paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara.[24]

Penyebab

!Untuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat HIV.
HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron.
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan.[25] Namun, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.[26][27] Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.[25][28][29] Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV.[30] HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula.[31][32][33] Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.

Penularan seksual

Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif.[34] Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.[35]
Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.[36]
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.[36][37] Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.[38][39] Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.

Kontaminasi patogen melalui darah

Poster CDC tahun 1989, yang mengetengahkan bahaya AIDS sehubungan dengan pemakaian narkoba.
Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik (syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme biologis penyebab penyakit (patogen), tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik Rakyat Tiongkok, dan Eropa Timur. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure prophylaxis dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko itu.[40] Pekerja fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini dapat juga terjadi pada orang yang memberi dan menerima rajah dan tindik tubuh. Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik di Afrika Sub Sahara maupun Asia karena sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak mencukupi. WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak aman.[41] Oleh sebab itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan HIV melalui fasilitas kesehatan.[42]
Resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil di negara maju. Di negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang aman dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi".[43]

Penularan masa perinatal

Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25%. Namun, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1%.[44] Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko penularan sebesar 4%.[45]

Diagnosis

Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk infeksi HIV digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium; sementara di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.

Sistem tahapan infeksi WHO

Grafik hubungan antara jumlah HIV dan jumlah CD4+ pada rata-rata infeksi HIV yang tidak ditangani. Keadaan penyakit dapat bervariasi tiap orang.                      jumlah limfosit T CD4+ (sel/mm³)                      jumlah RNA HIV per mL plasma
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.[46] Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.

Sistem klasifikasi CDC

Terdapat dua definisi tentang AIDS, yang keduanya dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Awalnya CDC tidak memiliki nama resmi untuk penyakit ini; sehingga AIDS dirujuk dengan nama penyakit yang berhubungan dengannya, contohnya ialah limfadenopati. Para penemu HIV bahkan pada mulanya menamai AIDS dengan nama virus tersebut.[47][48] CDC mulai menggunakan kata AIDS pada bulan September tahun 1982, dan mendefinisikan penyakit ini.[49] Tahun 1993, CDC memperluas definisi AIDS mereka dengan memasukkan semua orang yang jumlah sel T CD4+ di bawah 200 per µL darah atau 14% dari seluruh limfositnya sebagai pengidap positif HIV.[50] Mayoritas kasus AIDS di negara maju menggunakan kedua definisi tersebut, baik definisi CDC terakhir maupun pra-1993. Diagnosis terhadap AIDS tetap dipertahankan, walaupun jumlah sel T CD4+ meningkat di atas 200 per µL darah setelah perawatan ataupun penyakit-penyakit tanda AIDS yang ada telah sembuh.

Tes HIV

Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus HIV.[51] Kurang dari 1% penduduk perkotaan di Afrika yang aktif secara seksual telah menjalani tes HIV, dan persentasenya bahkan lebih sedikit lagi di pedesaan. Selain itu, hanya 0,5% wanita mengandung di perkotaan yang mendatangi fasilitas kesehatan umum memperoleh bimbingan tentang AIDS, menjalani pemeriksaan, atau menerima hasil tes mereka. Angka ini bahkan lebih kecil lagi di fasilitas kesehatan umum pedesaan.[51] Dengan demikian, darah dari para pendonor dan produk darah yang digunakan untuk pengobatan dan penelitian medis, harus selalu diperiksa kontaminasi HIV-nya.
Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot, dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien. Namun, periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang dapat dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan antibodinya belum dapat terdeteksi. Meskipun metode-metode tersebut tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan secara rutin di negara-negara maju.

Pencegahan

Perkiraan risiko masuknya HIV per aksi,
menurut rute paparan[52]
Rute paparan Perkiraan infeksi
per 10.000 paparan
dengan sumber yang terinfeksi
Transfusi darah 9.000[53]
Persalinan 2.500[44]
Penggunaan jarum suntik bersama-sama 67[54]
Hubungan seks anal reseptif* 50[55][56]
Jarum pada kulit 30[57]
Hubungan seksual reseptif* 10[55][56][58]
Hubungan seks anal insertif* 6,5[55][56]
Hubungan seksual insertif* 5[55][56]
Seks oral reseptif* 1[56]§
Seks oral insertif* 0,5[56]§
* tanpa penggunaan kondom
§ sumber merujuk kepada seks oral
yang dilakukan kepada laki-laki
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapat diabaikan.[59]

Hubungan seksual

Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung antarindividu yang salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual adalah modus utama infeksi HIV di dunia.[60] Selama hubungan seksual, hanya kondom pria atau kondom wanita yang dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV dan penyakit seksual lainnya serta kemungkinan hamil. Bukti terbaik saat ini menunjukan bahwa penggunaan kondom yang lazim mengurangi risiko penularan HIV sampai kira-kira 80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat ini lebih besar jika kondom digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan.[61] Kondom laki-laki berbahan lateks, jika digunakan dengan benar tanpa pelumas berbahan dasar minyak, adalah satu-satunya teknologi yang paling efektif saat ini untuk mengurangi transmisi HIV secara seksual dan penyakit menular seksual lainnya. Pihak produsen kondom menganjurkan bahwa pelumas berbahan minyak seperti vaselin, mentega, dan lemak babi tidak digunakan dengan kondom lateks karena bahan-bahan tersebut dapat melarutkan lateks dan membuat kondom berlubang. Jika diperlukan, pihak produsen menyarankan menggunakan pelumas berbahan dasar air. Pelumas berbahan dasar minyak digunakan dengan kondom poliuretan.[62]
Kondom wanita adalah alternatif selain kondom laki-laki dan terbuat dari poliuretan, yang memungkinkannya untuk digunakan dengan pelumas berbahan dasar minyak. Kondom wanita lebih besar daripada kondom laki-laki dan memiliki sebuah ujung terbuka keras berbentuk cincin, dan didesain untuk dimasukkan ke dalam vagina. Kondom wanita memiliki cincin bagian dalam yang membuat kondom tetap di dalam vagina — untuk memasukkan kondom wanita, cincin ini harus ditekan. Kendalanya ialah bahwa kini kondom wanita masih jarang tersedia dan harganya tidak terjangkau untuk sejumlah besar wanita. Penelitian awal menunjukkan bahwa dengan tersedianya kondom wanita, hubungan seksual dengan pelindung secara keseluruhan meningkat relatif terhadap hubungan seksual tanpa pelindung sehingga kondom wanita merupakan strategi pencegahan HIV yang penting.[63]
Penelitian terhadap pasangan yang salah satunya terinfeksi menunjukkan bahwa dengan penggunaan kondom yang konsisten, laju infeksi HIV terhadap pasangan yang belum terinfeksi adalah di bawah 1% per tahun.[64] Strategi pencegahan telah dikenal dengan baik di negara-negara maju. Namun, penelitian atas perilaku dan epidemiologis di Eropa dan Amerika Utara menunjukkan keberadaan kelompok minoritas anak muda yang tetap melakukan kegiatan berisiko tinggi meskipun telah mengetahui tentang HIV/AIDS, sehingga mengabaikan risiko yang mereka hadapi atas infeksi HIV.[65] Namun, transmisi HIV antarpengguna narkoba telah menurun, dan transmisi HIV oleh transfusi darah menjadi cukup langka di negara-negara maju.
Pada bulan Desember tahun 2006, penelitian yang menggunakan uji acak terkendali mengkonfirmasi bahwa sunat laki-laki menurunkan risiko infeksi HIV pada pria heteroseksual Afrika sampai sekitar 50%. Diharapkan pendekatan ini akan digalakkan di banyak negara yang terinfeksi HIV paling parah, walaupun penerapannya akan berhadapan dengan sejumlah isu sehubungan masalah kepraktisan, budaya, dan perilaku masyarakat. Beberapa ahli mengkhawatirkan bahwa persepsi kurangnya kerentanan HIV pada laki-laki bersunat, dapat meningkatkan perilaku seksual berisiko sehingga mengurangi dampak dari usaha pencegahan ini.[66]
Pemerintah Amerika Serikat dan berbagai organisasi kesehatan menganjurkan Pendekatan ABC untuk menurunkan risiko terkena HIV melalui hubungan seksual.[67] Adapun rumusannya dalam bahasa Indonesia:[68]
Anda jauhi seks,
Bersikap saling setia dengan pasangan,
Cegah dengan kondom.

Kontaminasi cairan tubuh terinfeksi

Wabah AIDS di Afrika Sub-Sahara tahun 1985-2003.
Pekerja kedokteran yang mengikuti kewaspadaan universal, seperti mengenakan sarung tangan lateks ketika menyuntik dan selalu mencuci tangan, dapat membantu mencegah infeksi HIV.
Semua organisasi pencegahan AIDS menyarankan pengguna narkoba untuk tidak berbagi jarum dan bahan lainnya yang diperlukan untuk mempersiapkan dan mengambil narkoba (termasuk alat suntik, kapas bola, sendok, air pengencer obat, sedotan, dan lain-lain). Orang perlu menggunakan jarum yang baru dan disterilisasi untuk tiap suntikan. Informasi tentang membersihkan jarum menggunakan pemutih disediakan oleh fasilitas kesehatan dan program penukaran jarum. Di sejumlah negara maju, jarum bersih terdapat gratis di sejumlah kota, di penukaran jarum atau tempat penyuntikan yang aman. Banyak negara telah melegalkan kepemilikan jarum dan mengijinkan pembelian perlengkapan penyuntikan dari apotek tanpa perlu resep dokter.

Penularan dari ibu ke anak

Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretrovirus, bedah caesar, dan pemberian makanan formula mengurangi peluang penularan HIV dari ibu ke anak (mother-to-child transmission, MTCT).[69] Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan mudah, terjangkau, berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui anak mereka. Namun, jika hal-hal tersebut tidak dapat terpenuhi, pemberian ASI eksklusif disarankan dilakukan selama bulan-bulan pertama dan selanjutnya dihentikan sesegera mungkin.[5] Pada tahun 2005, sekitar 700.000 anak di bawah umur 15 tahun terkena HIV, terutama melalui penularan ibu ke anak; 630.000 infeksi di antaranya terjadi di Afrika.[70] Dari semua anak yang diduga kini hidup dengan HIV, 2 juta anak (hampir 90%) tinggal di Afrika Sub Sahara.[5]

Penanganan

Lihat pula HIV dan Obat antiretrovirus.
AbacavirNucleoside analog reverse transcriptase inhibitor (NARTI atau NRTI)
Struktur kimia Abacavir
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis (PEP).[40] PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.[71]

Terapi antivirus

Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART).[72] Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996, yaitu setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor.[6] Pilihan terbaik HAART saat ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang terdiri dari paling sedikit dua macam (atau "kelas") bahan antiretrovirus. Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) dengan protease inhibitor, atau dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV lebih cepat perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang dewasa, maka rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk orang dewasa.[73] Di negara-negara berkembang yang menyediakan perawatan HAART, seorang dokter akan mempertimbangkan kuantitas beban virus, kecepatan berkurangnya CD4, serta kesiapan mental pasien, saat memilih waktu memulai perawatan awal.[74]
Perawatan HAART memungkinkan stabilnya gejala dan viremia (banyaknya jumlah virus dalam darah) pada pasien, tetapi ia tidak menyembuhkannya dari HIV ataupun menghilangkan gejalanya. HIV-1 dalam tingkat yang tinggi sering resisten terhadap HAART dan gejalanya kembali setelah perawatan dihentikan.[75][76] Lagi pula, dibutuhkan waktu lebih dari seumur hidup seseorang untuk membersihkan infeksi HIV dengan menggunakan HAART.[77] Meskipun demikian, banyak pengidap HIV mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatan umum dan kualitas hidup mereka, sehingga terjadi adanya penurunan drastis atas tingkat kesakitan (morbiditas) dan tingkat kematian (mortalitas) karena HIV.[78][79][80] Tanpa perawatan HAART, berubahnya infeksi HIV menjadi AIDS terjadi dengan kecepatan rata-rata (median) antara sembilan sampai sepuluh tahun, dan selanjutnya waktu bertahan setelah terjangkit AIDS hanyalah 9.2 bulan.[25] Penerapan HAART dianggap meningkatkan waktu bertahan pasien selama 4 sampai 12 tahun.[81][82] Bagi beberapa pasien lainnya, yang jumlahnya mungkin lebih dari lima puluh persen, perawatan HAART memberikan hasil jauh dari optimal. Hal ini karena adanya efek samping/dampak pengobatan tidak bisa ditolerir, terapi antiretrovirus sebelumnya yang tidak efektif, dan infeksi HIV tertentu yang resisten obat. Ketidaktaatan dan ketidakteraturan dalam menerapkan terapi antiretrovirus adalah alasan utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh manfaat dari penerapan HAART.[83] Terdapat bermacam-macam alasan atas sikap tidak taat dan tidak teratur untuk penerapan HAART tersebut. Isyu-isyu psikososial yang utama ialah kurangnya akses atas fasilitas kesehatan, kurangnya dukungan sosial, penyakit kejiwaan, serta penyalahgunaan obat. Perawatan HAART juga kompleks, karena adanya beragam kombinasi jumlah pil, frekuensi dosis, pembatasan makan, dan lain-lain yang harus dijalankan secara rutin .[84][85][86] Berbagai efek samping yang juga menimbulkan keengganan untuk teratur dalam penerapan HAART, antara lain lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, peningkatan risiko sistem kardiovaskular, dan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.[87][88]
Obat anti-retrovirus berharga mahal, dan mayoritas individu terinfeksi di dunia tidaklah memiliki akses terhadap pengobatan dan perawatan untuk HIV dan AIDS tersebut.[89]

Penanganan eksperimental dan saran

Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuai untuk menahan epidemik global (pandemik) karena biaya vaksin lebih murah dari biaya pengobatan lainnya, sehingga negara-negara berkembang mampu mengadakannya dan pasien tidak membutuhkan perawatan harian.[89] Namun setelah lebih dari 20 tahun penelitian, HIV-1 tetap merupakan target yang sulit bagi vaksin.[89]
Beragam penelitian untuk meningkatkan perawatan termasuk usaha mengurangi efek samping obat, penyederhanaan kombinasi obat-obatan untuk memudahkan pemakaian, dan penentuan urutan kombinasi pengobatan terbaik untuk menghadapi adanya resistensi obat. Beberapa penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah pencegahan infeksi oportunistik dapat menjadi bermanfaat ketika menangani pasien dengan infeksi HIV atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis A dan B disarankan untuk pasien yang belum terinfeksi virus ini dan dalam berisiko terinfeksi.[90] Pasien yang mengalami penekanan daya tahan tubuh yang besar juga disarankan mendapatkan terapi pencegahan (propilaktik) untuk pneumonia pneumosistis, demikian juga pasien toksoplasmosis dan kriptokokus meningitis yang akan banyak pula mendapatkan manfaat dari terapi propilaktik tersebut.[71]
Susu sapi adalah salah satu produk tepat yang bisa mencegah penularan penyakit yang belum ada obatnya ini. Awalnya ilmuwan melihat bahwa sapi ternyata tidak dapat terinfeksi HIV. Setelah melewati proses penelitian yang cukup lama, ternyata para peneliti tersebut menemukan fakta kalau sapi bisa menghasilkan antibodi yang bisa mencegah penularan HIV. Para peneliti tersebut kemudian menyuntikkan sapi betina dengan protein HIV. Setelah sapi melahirkan, para ilmuwan tersebut mengumpulkan kolostrum (susu pertama yang dihasilkan setelah melahirkan). Dan ternyata kolostrum tersebut mengandung antibodi HIV.[91]

Pengobatan alternatif

Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untuk menangani gejala atau mengubah arah perkembangan penyakit.[92] Akupunktur telah digunakan untuk mengatasi beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi (peripheral neuropathy) seperti kaki kram, kesemutan atau nyeri; namun tidak menyembuhkan infeksi HIV.[93] Tes-tes uji acak klinis terhadap efek obat-obatan jamu menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti bahwa tanaman-tanaman obat tersebut memiliki dampak pada perkembangan penyakit ini, tetapi malah kemungkinan memberi beragam efek samping negatif yang serius.[94]
Beberapa data memperlihatkan bahwa suplemen multivitamin dan mineral kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit HIV pada orang dewasa, meskipun tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat kematian (mortalitas) akan berkurang pada orang-orang yang memiliki status nutrisi yang baik.[95] Suplemen vitamin A pada anak-anak kemungkinan juga memiliki beberapa manfaat.[95] Pemakaian selenium dengan dosis rutin harian dapat menurunkan beban tekanan virus HIV melalui terjadinya peningkatan pada jumlah CD4. Selenium dapat digunakan sebagai terapi pendamping terhadap berbagai penanganan antivirus yang standar, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas.[96]
Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa terapi pengobatan alteratif memiliki hanya sedikit efek terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini, namun dapat meningkatkan kualitas hidup individu yang mengidap AIDS. Manfaat-manfaat psikologis dari beragam terapi alternatif tersebut sesungguhnya adalah manfaat paling penting dari pemakaiannya.[97]
Namun oleh penelitian yang mengungkapkan adanya simtoma hipotiroksinemia pada penderita AIDS yang terjangkit virus HIV-1, beberapa pakar menyarankan terapi dengan asupan hormon tiroksin.[98] Hormon tiroksin dikenal dapat meningkatkan laju metabolisme basal sel eukariota[99] dan memperbaiki gradien pH pada mitokondria.[100]

Epidemiologi

Meratanya HIV diantara orang dewasa per negara pada akhir tahun 2005.
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak.[5] Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.[5] Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.[5]
Afrika Sub-Sahara tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi, dengan perkiraan 21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV. Dua juta [1,5&-3,0 juta] dari mereka adalah anak-anak yang usianya lebih rendah dari 15 tahun. Lebih dari 64% dari semua orang yang hidup dengan HIV ada di Afrika Sub Sahara, lebih dari tiga per empat (76%) dari semua wanita hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, terdapat 12.0 juta [10.6-13.6 juta] anak yatim/piatu AIDS hidup di Afrika Sub Sahara.[5] Asia Selatan dan Asia Tenggara adalah terburuk kedua yang terinfeksi dengan besar 15%. 500.000 anak-anak mati di region ini karena AIDS. Dua-tiga infeksi HIV/AIDS di Asia muncul di India, dengawn perkiraan 5.7 juta infeksi (perkiraan 3.4 - 9.4 juta) (0.9% dari populasi), melewati perkiraan di Afrika Selatan yang sebesar 5.5 juta (4.9-6.1 juta) (11.9% dari populasi) infeksi, membuat negara ini dengan jumlah terbesar infeksi HIV di dunia.[101] Di 35 negara di Afrika dengan perataan terbesar, harapan hidup normal sebesar 48.3 tahun - 6.5 tahun sedikit daripada akan menjadi tanpa penyakit.[102]

Sejarah

AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.[103]
Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat.[104] Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan.[105] HIV-2 berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun.
Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh manusia akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging.[106] Teori yang lebih kontroversial yang dikenal dengan nama hipotesis OPV AIDS, menyatakan bahwa epidemik AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo Belgia sebagai akibat dari penelitian Hilary Koprowski terhadap vaksin polio.[107][108] Namun, komunitas ilmiah umumnya berpendapat bahwa skenario tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang ada.[109][110][111]

Sosial dan budaya

Stigma

Ryan White sebagai model poster HIV. Ia dikeluarkan dari sekolah dengan alasan terinfeksi HIV.
Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat di berbagai belahan dunia terhadap pengidap AIDS terdapat dalam berbagai cara, antara lain tindakan-tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan penghindaran atas orang yang diduga terinfeksi HIV; diwajibkannya uji coba HIV tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu atau perlindungan kerahasiaannya; dan penerapan karantina terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV.[112] Kekerasan atau ketakutan atas kekerasan, telah mencegah banyak orang untuk melakukan tes HIV, memeriksa bagaimana hasil tes mereka, atau berusaha untuk memperoleh perawatan; sehingga mungkin mengubah suatu sakit kronis yang dapat dikendalikan menjadi "hukuman mati" dan menjadikan meluasnya penyebaran HIV.[113]
Stigma AIDS lebih jauh dapat dibagi menjadi tiga kategori:
  • Stigma instrumental AIDS - yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal-hal yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan menular.[114]
  • Stigma simbolis AIDS - yaitu penggunaan HIV/AIDS untuk mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang dianggap berhubungan dengan penyakit tersebut.[114]
  • Stigma kesopanan AIDS - yaitu hukuman sosial atas orang yang berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.[115]
Stigma AIDS sering diekspresikan dalam satu atau lebih stigma, terutama yang berhubungan dengan homoseksualitas, biseksualitas, pelacuran, dan penggunaan narkoba melalui suntikan.
Di banyak negara maju, terdapat penghubungan antara AIDS dengan homoseksualitas atau biseksualitas, yang berkorelasi dengan tingkat prasangka seksual yang lebih tinggi, misalnya sikap-sikap anti homoseksual.[116] Demikian pula terdapat anggapan adanya hubungan antara AIDS dengan hubungan seksual antar laki-laki, termasuk bila hubungan terjadi antara pasangan yang belum terinfeksi.[114]

Dampak ekonomi

Perubahan angka harapan hidup di beberapa negara di Afrika.                      Botswana                     Zimbabwe                     Kenya                     Afrika Selatan                     Uganda
HIV dan AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan menghancurkan jumlah manusia dengan kemampuan produksi (human capital).[5] Tanpa nutrisi yang baik, fasilitas kesehatan dan obat yang ada di negara-negara berkembang, orang di negara-negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak hanya tidak dapat bekerja, tetapi juga akan membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai. Ramalan bahwa hal ini akan menyebabkan runtuhnya ekonomi dan hubungan di daerah. Di daerah yang terinfeksi berat, epidemik telah meninggalkan banyak anak yatim piatu yang dirawat oleh kakek dan neneknya yang telah tua.[117]
Semakin tingginya tingkat kematian (mortalitas) di suatu daerah akan menyebabkan mengecilnya populasi pekerja dan mereka yang berketerampilan. Para pekerja yang lebih sedikit ini akan didominasi anak muda, dengan pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih sedikit sehingga produktivitas akan berkurang. Meningkatnya cuti pekerja untuk melihat anggota keluarga yang sakit atau cuti karena sakit juga akan mengurangi produktivitas. Mortalitas yang meningkat juga akan melemahkan mekanisme produksi dan investasi sumberdaya manusia (human capital) pada masyarakat, yaitu akibat hilangnya pendapatan dan meninggalnya para orang tua. Karena AIDS menyebabkan meninggalnya banyak orang dewasa muda, ia melemahkan populasi pembayar pajak, mengurangi dana publik seperti pendidikan dan fasilitas kesehatan lain yang tidak berhubungan dengan AIDS. Ini memberikan tekanan pada keuangan negara dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Efek melambatnya pertumbuhan jumlah wajib pajak akan semakin terasakan bila terjadi peningkatan pengeluaran untuk penanganan orang sakit, pelatihan (untuk menggantikan pekerja yang sakit), penggantian biaya sakit, serta perawatan yatim piatu korban AIDS. Hal ini terutama mungkin sekali terjadi jika peningkatan tajam mortalitas orang dewasa menyebabkan berpindahnya tanggung-jawab dan penyalahan, dari keluarga kepada pemerintah, untuk menangani para anak yatim piatu tersebut.[117]
Pada tingkat rumah tangga, AIDS menyebabkan hilangnya pendapatan dan meningkatkan pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga. Berkurangnya pendapatan menyebabkan berkurangnya pengeluaran, dan terdapat juga efek pengalihan dari pengeluaran pendidikan menuju pengeluaran kesehatan dan penguburan. Penelitian di Pantai Gading menunjukkan bahwa rumah tanggal dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan biaya dua kali lebih banyak untuk perawatan medis daripada untuk pengeluaran rumah tangga lainnya.[118]

Penyangkalan atas AIDS

Sekelompok kecil aktivis, diantaranya termasuk beberapa ilmuwan yang tidak meneliti AIDS, mempertanyakan tentang adanya hubungan antara HIV dan AIDS,[119] keberadaan HIV itu sendiri,[120] serta kebenaran atas percobaan dan metode perawatan yang digunakan untuk menanganinya. Klaim mereka telah diperiksa dan secara luas ditolak oleh komunitas ilmiah,[121] walaupun terus saja disebarkan melalui Internet dan sempat memiliki pengaruh politik di Afrika Selatan melalui mantan presiden Thabo Mbeki, yang menyebabkan pemerintahnya disalahkan atas respon yang tidak efektif terhadap epidemik AIDS di negara tersebut.[122][123][124]

Thanks For Wikipedia ( http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS )